Rabu, Oktober 7

KUMPULAN PUISI

By: rock1825

- LELAKI TUA - Aku adalah lelaki tua yang tergerus jaman, melihat dunia dengan masa laluku. Di lembah inilah puluhan tahun aku terdiam menyaksikan perubahan. Dengan cerutu dan secangkir teh di tiap pagi, aku berkelana melewati waktu di alam kenanganku. Semua memang - telah berubah. Manusia semakin pintar, teknologi semakin maju, semua serba mudah,...tetapi alam semakin rusak, manusia semakin tak manusiawi. Tampaknya modernisasi membuat hukum rimba di tengah kota semakin merajalela. Apakah memang demikian kodratnya? Demi perubahan haruskah menggadaikan hati nurani?

- TAWA SERIGALA - Masih tentang kita semua..dengan berbagai macam rupa dan warna.Terlalu banyak kelabu yang singgah di hati...menusuk-nusuk dan menghasut-hasut dengan pisau keresahan. Serigala2 berwujud manusia pun berkeliaran mencari mangsa demi memuaskan dahaga kekuasaan. Sang remaja yang letih dengan mudahnya terpedaya. Dengan angkuhnya, dia berkata siap menjadi pahlawan. Tak lama dia pun muncul di televisi, bukan sebagai pahlawan..tapi seonggok daging hangus diantara reruntuhan berasap pekat dan jerit tangis anak manusia. Sekali lagi nyawa manusia melayang, menyisakan air mata dan kepedihan yang teramat dalam. Di suatu tempat, serigala2 menyeringai puas atas apa yang telah terjadi.


- DI PERSIMPANGAN -
Aku berada di persimpangan...setelah kulalui jalan yang begitu terjal. Terkadang hidup tak terasa menyenangkan, tak menyisakan banyak pilihan. Akhirnya kupunguti kembali ceceran kisahku di sepanjang jalan yang tadi kulalui. Kuterdiam sesaat, mencoba mencerna serpihan2 itu. Ada tawa, ada duka, ada bahagia, dan ada kebisuan yang belum mampu aku pecahkan. Ternyata dialah yang membuat langkahku terhenti. Kuambil belati..lalu kutikam dia. Sekarang aku bebas..telah kukalahkah kebisuan ini. Kubersiap melangkah...di persimpangan jalan.

- KERETA - Aku menunggunya cukup lama. Dia belum datang juga. Hari ini dia berjanji mengantarku ke tempat tujuanku. Mungkinkah dia lupa?? Ku coba tuk sedikit bersabar. Tak lama, dari kejauhan kulihat titik hitam semakin mendekat. Akhirnya keretaku datang juga. Tubuhnya yang tua tak menghalanginya menepati janjinya kepada orang2. Segera kumasuki dia, membawa semua asa. Terbayang wajah ayah bundaku.


- OMBAK -
Aku melihatnya, saat ia menyapu pasir2 pantai. Aku mendengarnya..saat ia menghantam karang2. Aku merasakannya, saat ia menerpa seluruh tubuhku. Aku berdoa, semoga ia tak menyeretku semakin jauh.

- MENUNGGU - Aku menunggumu, datang ke hatiku. Aku menantimu, hadir di hatiku. Telah aku persiapkan segalanya di sana. Telah kupertaruhkan semuanya di sana. Kapan kau datang???

- DIAM - Aku diam..bukan melamun. Aku diam..bukan berkhayal. Aku diam..bukan bersedih. Aku hanya diam. Kadang aku butuh sendirian.

- Hujan - Aku ingin seperti hujan..membasahi dedaunan, menyegarkan rerumputan. Aku ingin menjadi hujan, selalu dinanti saat kemarau panjang. Aku mencintai hujan, merindukan saat tetesannya membasahi tubuhku. Aku berharap menjadi hujan yang mendamaikan gersangnya hatimu.

- DIA - Wajah lusuhnya tegar menantang dunia. Caci maki yang kadang datang tak membuatnya gentar. Ku lihat dia tetap berjalan dengan alas kaki bututnya. Gitar tua nya slalu menemani kemana dia pergi. Suaranya yang tak terlalu merdu itulah yang selama ini menghidupinya. Aku termenung, anak seusia dia sudah harus merasakan kejamnya ibu kota. Segera ku bercermin, ku lihat diriku belasan tahun lalu. Nasibku tak semalang dia. Orang2 yang menyayangiku slalu ada untukku, bahkan hingga sekarang. Aku malu..aku tak setegar dia. Tak lama diapun pergi dengan langkah mantap. Dari jendela bus, aku terus menatapnya. Aku harus mewarisi semangat hidupnya.


- EMBUN di PAGI ITU -
Mataku belum juga terpejam. Alam pikiranku seakan tak mau berhenti menyusuri lembaran-lembaran kenangan. Kulihat dia tersenyum di pagi itu, di samping embun2 yang tak berhenti menetes dari dedaunan. Embun2 itu seakan tak rela melewatkan senyum bidadariku, yang dengan penuh cinta menatap hamparan hijau di hadapannya. Aku hanya diam terpaku, menikmati paras
ayu bidadariku di pagi itu, sama seperti embun-embun.

- PERANG BELUM USAI - Hari ini masih pagi..dinginnya masih terasa mendamaikan hati. Nyayian merdu ayam jantan terdengar sayup-sayup dikejauhan. Bau embun menghiasi cerahnya hari. Seharusnya pagi ini adalah pagi yang damai, pagi yang tenang. Tapi entah mengapa ada kekosongan dalam jiwa ini. Aku bergetar, hampa kurasakan. Walau hati mencoba berkelakar, tapi tetap saja gundah menjalar. Aku tahu, perang belum usai dalam diriku.

- GITAR TUAKU - Kujelajahi dia dengan jari-jariku. Dawai-dawai berkaratnya masih mampu bersenandung merdu. Kupejamkan mata sekilas, mencoba resapi kisah-kisahmu. Aku tergetar, mataku terasa panas, dadaku terasa sesak. Esok paginya, ku terbangun, masih dengan pena di tangan. Ku pungut selembar kertas tak jauh dari gitar tuaku..sebuah lagu tercipta untukmu.

Tidak ada komentar:

Recent Posts

Recent comments

Pengikut

Site Info